Bom Buku Vandalisme?. Bukan Agama? - Indonesia
Headlines News :
Home » » Bom Buku Vandalisme?. Bukan Agama?

Bom Buku Vandalisme?. Bukan Agama?

Written By Dre@ming Post on Kamis, 17 Maret 2011 | 08.52

Kamis, 17/03/2011 01:02 WIB

Psikolog Forensik: Bom Buku Bukan Aksi Teroris, Tapi Vandalisme 

Jakarta - Jika sebagian besar masyarakat menilai aksi bom buku yang ditujukan kepada Ulil Abshar Abdala sebagai aksi terorisme, namun tidak bagi ahli psikologi forensik. Menurut Reza Indragiri Amriel, aksi tersebut hanyalah aksi vandalisme belaka.

"Ayo tiru Amerika Serikat, menyebut kejadian kemarin
sebagai aksi vandalisme. Jangan setiap ada bom, kita serta-merta pakai sebutan terorisme," ujar Reza saat berbincang dengan detikcom, Rabu, (16/3/2011).

Menurut Reza, vandalisme lebih di dorong oleh motif pribadi dengan kalkulasi seadanya. Sedangkan teror sudah terorganisasi sehingga lebih sophisticated.

"Pelakunya tidak sefanatis/semaniak aksi-aksi terdahulu. Barangkali dia sebatas terinspirasi oleh teror bom surat/paket dari Yaman di AS November lalu," tandas staf pengajar kampus Bina Nusantara, Jakarta ini.

Lebih jauh dia menjelaskan sedikitnya ada 6 fakta yang seharusnya tidak membuat masyarakat sepanik sekarang. Pertama yaitu modusnya adalah bom paket sedangkan dulunya bom bunuh diri. Kedua yaitu bahan peledak sekarang kecil sedangkan yang dulu sangat besar.

"Ketiga yaitu sasaran sekarang adalah individu sedangkan dulu bersifat massal," terang psikolog yang pernah menangani Ryan ini.

Keempat, sasaran sekarang adalah orang lokal sedangkan dulunya warga dunia. Kelima yaitu disclosure identitas langsung diketahui sebelum kejadian walau bisa saja palsu, dulunya disclosure setelah kejadian

"Yang terakhir rakitan bom sekarang sederhana, dulunya rumit," tandas Reza.

Lebih Kental Nuansa Politik, Bukan Agama
JAKARTA - Peristiwa teror bom kepada tokoh pluralisme Ulil Abshar Abdalla lebih bernuansa politik dibandingkan agama.

Sejumlah alasan dikemukakan Ketua Badan Pengurus Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Usman Hamid di Jakarta, Rabu (16/3/2011). 

"Terlalu transparan pengirim bom mengungkapkan identitasnya dalam surat. Ia secara jelas menyatakan siapa diri, alamat, serta latar belakangnya," papar Usman.

Padahal, lanjutnya, pelaku teror biasanya tidak ingin identitasnya diketahui. Hal ini justru menimbulkan tanda tanya karena motif agama yang merujuk pada surat masih bersifat prematur. 

"Dalam satu-dua tahun terakhir, Ulil lebih aktif dalam bidang politik," kata Usman, merujuk posisi Ulil yang juga menjadi salah satu Ketua Partai Demokrat bikinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Usman tidak menafikan kemungkinan motif mengaburkan isu pokok, semisal, kekisruhan politik berada di balik peristiwa teror bom tersebut. "Contohnya, kasus terbunuhnya Munir pada 7 September 2004 terjadi beberapa pekan sebelum pilpres putaran kedua pada 20 September 2004," jelasnya. 

Pemberitaan sensitif belakangan ini terkait masalah pemerintahan dan politik, menurutnya, bisa diduga sebagai alasan untuk mengalihkan isu. "Akhirnya, yang menjadi sorotan saat ini seolah-olah ada konflik yang menghadap-hadapkan aktivis prodemokrasi dengan kelompok garis keras agama," ungkap Usman. 

Ia menekankan pula, pilihan waktu teror bisa menegaskan siapa di balik peristiwa ini. "Namun, kita tidak boleh gegabah menuduh pihak tertentu," pungkasnya.

sumber : Kompas, detik
Share this article :

Total Visitors


 
Support : Dre@ming Media | Dre@ming Post | I Wayan Arjawa, S.T.
Copyright © 2011. Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Excata Published by DLC
Proudly powered by Dre@ming Media