Saksi Mata Lihat 3 Oknum Polres Samarinda Aniaya Pelajar - Indonesia
Headlines News :
Home » » Saksi Mata Lihat 3 Oknum Polres Samarinda Aniaya Pelajar

Saksi Mata Lihat 3 Oknum Polres Samarinda Aniaya Pelajar

Written By Dre@ming Post on Selasa, 18 Oktober 2011 | 08.26

Selasa, 18/10/2011 08:19

Samarinda - Kematian Ramadhan Suhudin (16), pelajar kelas 2 SMA Islam Samarinda sekaligus putra dari anggota Polsek Kawasan Pelabuhan, Brigadir Suhuddin, yang diduga dianiaya oknum anggota Polresta Samarinda, dibantah Wakapolresta Samarinda AKBP Fadjar Abdillah. Meski dibantah, kematian ABG itu masih menyisakan berbagai keganjilan-keganjilan.

Seorang saksi mata LB yang ditemui wartawan di sebuah rumah di Samarinda, Senin (17/10/2011) malam, mengaku menyaksikan penganiayaan yang dialami Madhan. Penganiayaan tersebut terjadi di sebuah
ruangan di sekitar sel sementara Polresta Samarinda.

"Madhan dianiaya di ulu hati, diperut dengan menggunakan rotan, di kepala dengan menghantamkan kursi di kepalanya. Setelah itu Madhan tidak sadarkan diri kemudian dibawa ke rumah sakit" kata LB

"Biar kamu anak polisi, tetap aku pukul kamu. Kamu andalkan Bapakmu?" ujar LB menirukan perkataan oknum polisi yang menganiaya Madhan.

Di ruangan itu, menurut LB, Madhan dipaksa mengakui ikut terlibat curanmor seperti yang dilakukan ketiga temannya yang diamankan bersama-sama dengannya.

"Setahu saya di ruangan itu, tidak ada salah apa-apa. Dipaksa mengaku terlibat kasus curanmor," aku LB.

Masih menurut LB, sebelum berada di Mapolresta Samarinda, Minggu (16/10/2011) dinihari, dirinya bersama Madhan serta 3 teman Madhan, sedang asik kumpul-kumpul di kawasan pinggir sungai.

"Ketika sedang asik kumpul-kumpul dengan teman-teman Madhan yang mengaku telah mencuri motor di pinggir Sungai Karang Mumus, sekitar SMPN 21 Jl Tongkol, Kelurahan Selili. Perkiraan polisi karena kita ikut kumpul, jadi dibawa saja ke kantor polisi (Polresta Samarinda)," terang LB.

"Tidak, tidak ada minuman keras saat kumpul-kumpul. Kejadian itu sekitar pukul 03.30 WITA. Yang ditangkap sekitar 4 orang oleh polisi berpakaian preman dengan naik mobil warna hitam. Ada mengeluarkan tembakan di udara untuk peringatan,"

Pernyataan LB, kontra dengan keterangan Wakapolresta Samarinda Fadjar Abdillah yang sebelumnya telah mengatakan sejak pukul 01.30 WITA, Madhan diinterogasi di Mapolresta Samarinda. Juga masih menurut Fadjar, dari lokasi kumpul-kumpul Madhan, juga diamankan berbagai jenis minuman keras yang dioplos.

"Karena ikut kumpul, dipaksa mengaku ikut terlibat pencurian. Padahal memang tidak mencuri. Dipukul terus sampai tidak sadarkan diri," sebut LB

"Tiba di Polres, dadanya langsung dipukul. Madhan bilang Bapak saya polisi, yang mukul itu tidak perduli. Yang saya lihat ada 3 orang polisi. Ya, saya hapal (wajah-wajah oknum polisi yang menganiaya Madhan)," tegas LB.

Menurut LB ketika Madhan dipukul, mata teman-teman lainnya ditutup dengan lakban. Ketika dipukul kepalanya, Madhan langsung muntah, tidak sadar diri. Waktu Madhan pingsan, muntahannya itu cepat-cepat dibersihkan,"

Terkait muntahan Madhan, juga berbeda dengan keterangan Wakapolresta Samarinda Fadjar Abdillah. Fadjar mengatakan, sekitar pukul 04.30 WITA Minggu (16/10/2011) pagi, Madhan ditemukan kejang-kejang dengan mulut berbusa di salah satu ruangan. Itu pun, Fadjar tidak merinci ruangan yang dimaksudkannya.

Melihat Madhan pingsan, oknum anggota Polresta Samarinda yang menganiaya Madhan, berupaya segera membawanya ke RS Dirgahayu.

"Saat dibawa ke rumah sakit, sebagian lampu-lampu di ruangan dimatikan, terlihat gelap. Setelah itu, mata ketiga rekan Madhan yang sebelumnya dilakban sempat tanya dimana Madhan-nya? Dijawab Pak polisi di rumah sakit,"

"Saya di kantor polisi tidak diperiksa. Karena saya tidak masuk ikutan-ikutan keempat orang itu. Saya ikut dibawa ke kantor polisi mungkin karena ikut-ikutan kumpul saja," jelas LB.

Keganjilan kematian Ramadhan, sebelumnya juga sudah dilontarkan juru bicara keluarga korban, La Bia, dengan mengamati kondisi fisik korban. Menurut La Bia, Ramadhan diketahui tewas dengan kondisi memar di mata, telinga dan hidungnya. Tewasnya Ramadhan dinilai keluarganya sangat tidak wajar. Mengingat saat diamankan di Polresta Samarinda, kepolisian justru tidak memberitahukan. Dan kemudian baru menginformasikan setelah jenazah Ramadhan berada di RS Dirgahayu, Samarinda.

Wakapolresta Samarinda AKBP Fadjar Abdillah sebelumnya juga menyebutkan operasi cipta kondisi jajarannya terkait maraknya kasus Curanmor di Samarinda. Namun Kabid Propam Polda Kaltim AKBP Armed Wijaya mempertegas, satuan kepolisian yang mengamankan Madhan dan kawan-kawannya adalah Satuan Reserse Kriminal Polresta Samarinda. Terkait kematian korban, tim Bidang Propam tengah melakukan investigasi.

Pasca otopsi, jenazah Madhan yang sudah berada di kamar jenazah RSUD Abdul Wahab Syachranie sejak Minggu (16/10/2011) lalu, akhirnya dimakamkan Senin (17/10/2011) malam, sekitar pukul 21.30 WITA, di Pekuburan Muslimin di Kecamatan Sambutan.

sumber : detik
Share this article :

Total Visitors


 
Support : Dre@ming Media | Dre@ming Post | I Wayan Arjawa, S.T.
Copyright © 2011. Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Excata Published by DLC
Proudly powered by Dre@ming Media