Juru Bicara INDIPT Institute for Social Strengthening Studies, Akhmad Murtajib
HARI ini, 16 April 2011, FPPKS (Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan) mengadakan ziarah kubur ke makam lima anak yang meninggal terkena jeblugan bom mortir pada 2 Maret 1997.
Anggota FPPKS yang melakukan ziarah sebanyak 30an orang, laki dan perempuan. Acara dimulai sekitar pukul 09.30 dengan doa bersama. Makam lima anak tersebut terletak di Dukuh Godi, Setrojenar, sekitar 400 meter dari kantor TNI.
Usai berziarah, rombangan FPPKS mendapat informasi bahwa TNI merusak blokade yang dibuat oleh warga sejak beberapa hari sebelumnya, tepatnya 11 April 2011.
Mendengar kabar itu, rombongan menuju ke tempat blokade, bergabung dengan pemuda dan petani Setrojenar yang sudah di tempat, untuk membangun kembali blokade yang rusak.
Warga membangun blokade tersebut dengan pohon-pohon yang ditebang di sekitarnya.
Pada hari ini juga, TNI sedang mengadakan latihan di wilayah Ambal, yang letaknya di sebelah timur Kecamatan Buluspesantren. Warga meminta agar TNI tidak usah memprovokasi warga Setrojenar dan sekitarnya dengan merusak blokade yang sudah dibuat.
Apalagi, latihan TNI berada di wilayah yang cukup jauh di timur lokasi, di Kecamatan Ambal.
Selain membangun kembali blokade yang dirusak TNI, sekitar pukul 11.00 WIB, warga membuat beberapa titik blokade tambahan. Termasuk juga merobohkan pintu gerbang utama menuju pusat latihan TNI yang berada di sebelah utara.
Pembangunan blokade ini merupakan sikap penentangan terhadap TNI mengadakan kegiatan latihan di tempat itu. Warga menghendaki agar kawasan Urut Sewu, nama untuk daerah pantai Selatan Kebumen, sebagai kawasan pertanian dan pariwisata.
Setelah itu, warga yang kemudian berjumlah sekitar 100 orang bergerak ke arah selatan, hampir mendekati pantai. Dimana di situ dibangun sebuah rumah tingkat tiga yang diperuntukan untuk menara TNI.
Bangunan tersebut dibangun di atas tanah warga. Sebagian bangunan tersebut dirusak oleh warga.
Setelah itu, warga kembali ke utara, ke desa. Pada saat kembali, TNI sudah berbaris di jalan dalam kondisi siap tembak. Saat itu, warga berkeyakinan bahwa TNI tidak akan menyerang warga, paling hanya menakut-nakuti.
Tapi ternyata keyakinan itu salah, para tentara itu menyerang warga, serta ada yang menembakan peluru tajam. Dua orang terkena tembakan. Selain menembak, tentara juga ada yang memukul dengan popor senapan. Barang-barang yang dimiliki warga (seperti handphone) direbut dan dihancurkan tentara.
HARI ini, 16 April 2011, FPPKS (Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan) mengadakan ziarah kubur ke makam lima anak yang meninggal terkena jeblugan bom mortir pada 2 Maret 1997.
Anggota FPPKS yang melakukan ziarah sebanyak 30an orang, laki dan perempuan. Acara dimulai sekitar pukul 09.30 dengan doa bersama. Makam lima anak tersebut terletak di Dukuh Godi, Setrojenar, sekitar 400 meter dari kantor TNI.
Usai berziarah, rombangan FPPKS mendapat informasi bahwa TNI merusak blokade yang dibuat oleh warga sejak beberapa hari sebelumnya, tepatnya 11 April 2011.
Mendengar kabar itu, rombongan menuju ke tempat blokade, bergabung dengan pemuda dan petani Setrojenar yang sudah di tempat, untuk membangun kembali blokade yang rusak.
Warga membangun blokade tersebut dengan pohon-pohon yang ditebang di sekitarnya.
Pada hari ini juga, TNI sedang mengadakan latihan di wilayah Ambal, yang letaknya di sebelah timur Kecamatan Buluspesantren. Warga meminta agar TNI tidak usah memprovokasi warga Setrojenar dan sekitarnya dengan merusak blokade yang sudah dibuat.
Apalagi, latihan TNI berada di wilayah yang cukup jauh di timur lokasi, di Kecamatan Ambal.
Selain membangun kembali blokade yang dirusak TNI, sekitar pukul 11.00 WIB, warga membuat beberapa titik blokade tambahan. Termasuk juga merobohkan pintu gerbang utama menuju pusat latihan TNI yang berada di sebelah utara.
Pembangunan blokade ini merupakan sikap penentangan terhadap TNI mengadakan kegiatan latihan di tempat itu. Warga menghendaki agar kawasan Urut Sewu, nama untuk daerah pantai Selatan Kebumen, sebagai kawasan pertanian dan pariwisata.
Setelah itu, warga yang kemudian berjumlah sekitar 100 orang bergerak ke arah selatan, hampir mendekati pantai. Dimana di situ dibangun sebuah rumah tingkat tiga yang diperuntukan untuk menara TNI.
Bangunan tersebut dibangun di atas tanah warga. Sebagian bangunan tersebut dirusak oleh warga.
Setelah itu, warga kembali ke utara, ke desa. Pada saat kembali, TNI sudah berbaris di jalan dalam kondisi siap tembak. Saat itu, warga berkeyakinan bahwa TNI tidak akan menyerang warga, paling hanya menakut-nakuti.
Tapi ternyata keyakinan itu salah, para tentara itu menyerang warga, serta ada yang menembakan peluru tajam. Dua orang terkena tembakan. Selain menembak, tentara juga ada yang memukul dengan popor senapan. Barang-barang yang dimiliki warga (seperti handphone) direbut dan dihancurkan tentara.
sumber : Tribunnews