Jumat, 29/04/2011 05:49
Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku khawatir dengan gerakan radikalisasi yang bermotif
agama dan ideologi, karena dalam jangka panjang mampu mengancam karakter dan perilaku rakyat. Hal itu diungkapkan Presiden Yudhoyonp pascaterkuaknya keberadaan Negara Islam Indonesia (NII).
Menurut Presiden, jika keadaan ini terus dibiarkan, masyarakat bisa menyukai kekerasan dan melawan hukum. Untuk itu, Presiden mengajak semua pihak berperan aktif menumpas gerakan radikal.
"Di sini yang yang salah bukan agamanya. Dan kalau dibiarkan akan mengancam karakter dan perilaku rakyat kita. Kkantong-kantong masyarakat kita bahkan generasi muda kita dibikin radikal, menyukai kekerasan, melawan hukum, dan sejumlah kejahatan yang mencemaskan," kata Presiden Yudhoyono di Jakarta, Kamis (28/4).
Sementara itu, Menkopolhukam Djoko Suyanto belum meyakini keberadaan NII yang sering dikaitkan dengan praktek cuci otak, sehingga mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Presiden, jika keadaan ini terus dibiarkan, masyarakat bisa menyukai kekerasan dan melawan hukum. Untuk itu, Presiden mengajak semua pihak berperan aktif menumpas gerakan radikal.
"Di sini yang yang salah bukan agamanya. Dan kalau dibiarkan akan mengancam karakter dan perilaku rakyat kita. Kkantong-kantong masyarakat kita bahkan generasi muda kita dibikin radikal, menyukai kekerasan, melawan hukum, dan sejumlah kejahatan yang mencemaskan," kata Presiden Yudhoyono di Jakarta, Kamis (28/4).
Sementara itu, Menkopolhukam Djoko Suyanto belum meyakini keberadaan NII yang sering dikaitkan dengan praktek cuci otak, sehingga mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
sumber : Liputan6