SURABAYA- Dua mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, menjadi korban cuci otak
kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Meski dari keluarga petani, mereka bahkan sudah menyetor masing-masing Rp30 juta.
Mahasiswa Program Studi Kimia, Fakultas Sains, dan Teknologi itu diketahui bergabung dengan NII sejak direkrut saat kuliah kerja nyata (KKN).
“Mereka berdua menjadi tertutup. Kami mendapatkan laporan dari teman-teman mahasiswi yang lain, kebetulan mungkin ada teman mereka
yang sudah tahu mereka bergabung dengan NII,” kata Sekretaris Universitas Airlangga Surabaya di Rektorat Unair, Hadi Shubhan, Rabu (27/4/2011).
Dua mahasiswi tersebut masih diperiksa di Polrestabes Surabaya.
Hadi melanjutkan, mereka mengaku sempat dibaiat di Jakarta. Bahkan mereka juga sudah menyerahkan uang kepada NII masing-masing sebesar Rp30 juta.
“Padahal mereka dari keluarga petani saja. Mereka sebenarnya kebanggaan keluarga, makanya bisa dipahami jika mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Karena orangtua mereka pasti mengusahakan untuk mencarikan dengan menjual sawah dan hewan ternak,” sambung Hadi.
Menurut Shubhan, dua mahasiswi tersebut dibuat kehilangan kesadarannya sehingga bisa bergabung dengan NII.
Saat ditanya dikemanakan uang Rp30 juta itu, mereka hanya menangis dan sama sekali tidak menyadari saat menyetorkan uang.
“Untuk sementara memang kami belum melakukan recovery karena masih diperiksa polisi. Tapi yang jelas mereka akan di-recovery di Fakultas Psikologi dan pendidikan spesialis dokter jiwa di Fakultas Kedokteran,” sambung Hadi.
Mereka mengaku berkenalan dengan perekrut NII ini saat sedang melakukan KKN beberapa bulan lalu. Kebetulan mereka KKN di Surabaya, saat itu mereka berkenalan dengan perekrut NII dalam sebuah majelis taklim.
“Tapi mereka berdua sebenarnya hanya korban, belum sempat merekrut anggota lain. Sedangkan perekrutnya berasal dari perguruan tinggi lain di Surabaya,” jelasnya.

Mahasiswa Program Studi Kimia, Fakultas Sains, dan Teknologi itu diketahui bergabung dengan NII sejak direkrut saat kuliah kerja nyata (KKN).
“Mereka berdua menjadi tertutup. Kami mendapatkan laporan dari teman-teman mahasiswi yang lain, kebetulan mungkin ada teman mereka
yang sudah tahu mereka bergabung dengan NII,” kata Sekretaris Universitas Airlangga Surabaya di Rektorat Unair, Hadi Shubhan, Rabu (27/4/2011).
Dua mahasiswi tersebut masih diperiksa di Polrestabes Surabaya.
Hadi melanjutkan, mereka mengaku sempat dibaiat di Jakarta. Bahkan mereka juga sudah menyerahkan uang kepada NII masing-masing sebesar Rp30 juta.
“Padahal mereka dari keluarga petani saja. Mereka sebenarnya kebanggaan keluarga, makanya bisa dipahami jika mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Karena orangtua mereka pasti mengusahakan untuk mencarikan dengan menjual sawah dan hewan ternak,” sambung Hadi.
Menurut Shubhan, dua mahasiswi tersebut dibuat kehilangan kesadarannya sehingga bisa bergabung dengan NII.
Saat ditanya dikemanakan uang Rp30 juta itu, mereka hanya menangis dan sama sekali tidak menyadari saat menyetorkan uang.
“Untuk sementara memang kami belum melakukan recovery karena masih diperiksa polisi. Tapi yang jelas mereka akan di-recovery di Fakultas Psikologi dan pendidikan spesialis dokter jiwa di Fakultas Kedokteran,” sambung Hadi.
Mereka mengaku berkenalan dengan perekrut NII ini saat sedang melakukan KKN beberapa bulan lalu. Kebetulan mereka KKN di Surabaya, saat itu mereka berkenalan dengan perekrut NII dalam sebuah majelis taklim.
“Tapi mereka berdua sebenarnya hanya korban, belum sempat merekrut anggota lain. Sedangkan perekrutnya berasal dari perguruan tinggi lain di Surabaya,” jelasnya.
sumber : okezone