Senin, 14 Mei 2012 | 12:09
Mendi (46), warga Samparaja memamerkan uang kunonya. |
Hobi Mendi, dilakoni sejak tiga tahun silam, sejak ia masih bekerja sebagai pedagang es keliling. Meski harus berkeliling ke sekolah-sekolah
berjualan es, ia tetap menyempatkan diri mampir ke Bank Indonesia Makassar untuk menukar uang rusak.
berjualan es, ia tetap menyempatkan diri mampir ke Bank Indonesia Makassar untuk menukar uang rusak.
Ayah dua orang anak, asal Kelurahan Pelanggu, Kecamatan Trujuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini mengaku menemukan uang uang klasik tersebut berasal dari warga yang menukarkan uangnya. “Dari warga yang menukar uang, dari sinilah saya menyukai uang–uang, klasik ini,” kata Mendi, saat ditemui dikediamannya. Minggu (13/5/2012) kemarin.
Mendi, membuatkan binkai khusus, untuk sejumlah koleksi uangnya. Empat buah bingkai yang tergantung pada ruang tamu, rumah kontrakannya itu, terpajang di atas televisi. Ia berdalih, agar kolaksinya itu bisa dilihat saat sedang menonton televisi.
Kini, setiap hari, sebelum melakukan aktivitasnya berjualan bakso, tidak lupa Mendi mengelap kaca bingkai koleksi uang kesayangannya. Terlihat, sejumlah uang klasik, mulai dari uang berjumlah 1 tahun 1915, yang masih betuliskan buatan Belanda (Netherland) di salah satu uang koin miliknya. “Uang 1 cen, buatan Belanda ini, yang paling tua di antara koleksi saya,“ kata Mendi.
Saking cintanya kepada koleksi puluhan uangnya kuno, Mendi mengaku, walau belum ada yang menawarkan untuk membeli, tidak akan menjual, kepada siapapun dan walau berapapun harganya. “Ini adalah harta berharga yang saya miliki, saya tidak akan menjualnya,” ungkapnya.
sumber : kompas