Jumat, 25 Mei 2012 | 04:49
Wartawan Tribun Jogja melaporkan, keduanya berhasil masuk setelah lewat pintu belakang, yakni pintu Sasono Putro Barat.
Hal itu dilakukan karena setelah menunggu sekitar 30-an menit, pintu gerbang utama yang digembok dari dalam tak kunjung dibuka. Sebab, negosiasi yang dilakukan oleh perwakilan Lembaga Dewan Adat dan perwakilan Hangabehi-Tedjowulan berlangsung buntu. Kapolresta Solo Kombes Pol Asjimain dan Dandim
0735 Letkol Inf Widi Prasetijono yang mencoba menengahi juga tak berhasil mencairkan suasana.
0735 Letkol Inf Widi Prasetijono yang mencoba menengahi juga tak berhasil mencairkan suasana.
Tak ingin menunggu terlalu lama, Hangabehi dan Tedjowulan yang baru saja mengikuti pertemuan bersama Muspida Solo terkait rekonsoliasi langsung menuju ke mobil Pajero Sport AD 7220 AH. Hangabehi duduk di bagian belakang, sedang Tedjowulan duduk depan, samping sopir. Mobil itu melaju pelan ke arah barat dikawal oleh mobil dari Polresta Solo. Mobil Pajero merah itu berhenti tepat di mulut pintu masuk Sasono Putro Barat.
Awalnya pintu masuk tetap tertutup rapat, dikunci dari dalam. Namun setelah di ketok keras beberapa kali, abdi dalem yang ada didalam kemudian membukakan pintu. Mobil yang ditumpangi Hangabehi-Tedjowulan bersama keluarganya itupun bergegas masuk. Satu mobil lagi dibelakangnya juga ikut masuk. "Wartawan dilarang masuk," teriak Bambang Pradotonagoro melarang para wartawan.
Beberapa saat kemudian Kapolres dan Dandim juga ikut masuk. GPH Suryo Wicaksono, adik Hangabehi yang ikut selama proses rekonsoliasi di Jakarta mengaku heran atas ulah yang dilakukan oleh Lembaga Dewan Adat. Bagaimana mungkin seorang raja yang mau pulang ke rumahnya sendiri malah digembok dari dalam. "Ini sudah keterlaluan. Kita bisa masuk lewat Sasono Putro tadi juga karena memaksa," katanya.
sumber : tribun