Pemerintah Provinsi Jawa Timur memastikan lokalisasi pelacuran di Desa Kedung Banteng, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, akan ditutup secara permanen sebelum bulan Ramadhan, atau pada 9 Juni mendatang.
Disiapkan dana masing-masing Rp 5 juta bagi semua Pekerja Seks Komersial (PSK) yang beroperasi di sana.
Kepastian penutupan itu, menurut Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat, Pemprov Jatim Hizbul Wathan, setelah pihaknya menggelar rapat bersama Direktur Rehabilitasi Tuna Sosial Direktur Jenderal Pelayanan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial di Jakarta pekan lalu.
"Kami sepakat, sebelum Ramadhan, lokalisasi Kedung Banteng ditutup total," ujar dia, Rabu (3/6/2015).
Jelang ditutupnya lokalisasi tersebut, berdasarkan hasil pendataan pemerintah setempat, jumlah PSK semakin menurun dari 201 menjadi 179 PSK dengan 36 mucikari.
"Mereka dari berbagai daerah seperti Ngawi, Tulungagung, Magetan, Kediri dan Ponorogo sendiri," kata dia.
Para PSK nantinya akan mendapatkan bantuan sosial dari Kementerian Sosial masing-masing Rp 5 juta lebih.
Rinciannya, untuk usaha ekonomi produktif Rp 3 juta, jatah hidup selama tiga bulan Rp 1,8 juta, dan uang transportasi untuk pulang ke daerah asal Rp 250 ribu.
Selain lokalisasi prostitusi Kedung Banteng di Ponorogo, tahun ini, kompleks pelacuran di Balung Cangkring, Kota Mojokerto juga ditutup.
Kedua lokalisasi pelacuran ini adalah dua lokalisasi prostitusi terakhir yang ditutup di Jatim.
Pada 2010, masih ada 47 titik lokalisasi di Jatim dengan total PSK lebih dari 7.000 orang.
Lokalisasi terbesar yang berhasil ditutup tahun lalu yakni lokalisasi pelacuran Dolly di Surabaya.
Dre@ming Post______
sumber : tribun