Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Khrisna Murti (kanan) bersama sejumlah petugas menggiring tersangka Leopard saat gelar pengungkapan kasus di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (29/10). |
JAKARTA - Kurang dari 24 jam, Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) berhasil mengungkap peledakan bom di Mal Alam Sutera Tangerang pada Rabu (28/10). Ledakan yang terjadi ketika karyawan mal sedang istirahat makan siang, pada pukul 12.05 WIB, menyebabkan satu orang karyawan terluka pada bagian kakinya.
"Motif kasus ini lebih kepada keadaan ekonomi yang merujuk pada pemerasan," ujar Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Irjen Tito Karnavian dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (29/10).
Ia mengatakan, pemerasan dilakukan tersangka karena menganggap gajinya sebagai ‘senior supervisor’ sekaligus ahli informasi dan teknologi (IT) di sebuah perusahaan dekat lokasi peledakan, tidak cukup.
Oleh karena itu, tersangka memeras manajemen Mal Alam Sutera melalui surat elektronik, agar pihak manajeman memberikannya uang sebanyak Rp300 juta. "Pelaku, memanfaatkan keahliannya ini di bidang IT dengan menuliskan 'e-mail' yang sulit dilacak kepada manajeman Mal Alam Sutera," kata Tito.
Tito menyatakan bom yang meledak di Mal Alam Sutera berdaya ledak tinggi. "Sebelumnya dikatakan bom yang kemarin itu dikategorikan berdaya ledak rendah, ini saya klarifikasi karena bahan peledak jenis TATP masuk kategori berdaya ledak tinggi," ujar Tito Karnavian.
Bom yang meledak di Mal Alam Sutera Tangerang mudah dibuat dengan bahan rumah tangga. Tersangka disebut belajar merakit bom dari internet. "(Bom) Mudah dibuat dengan komponen dalam rumah tangga, salah satu contoh thinner atau cat. Di google juga bisa (dipelajari). Tersangka pelajari dari google," kata Tito.
Ia menjelaskan Triacetone Triperoxide Peroxyacetone atau TATP bom merupakan jenis bahan peledak yang mudah dibuat dan bersifat sensitif serta tidak stabil. TATP bom ini, lanjutnya, memiliki kecepatan pembakaran berukuran 5300 meter perdetik, sehingga masuk pada jenis ledakan tinggi,katanya.
"Kalau parameter kecepatan pembakarannya di bawah 1000-3000 meter perdetik, baru disebut 'low explosive'," ujar Tito.
Selain itu, bahan peledak ini dapat langsung bereaksi dengan hanya terkena sedikit panas serta penerimaan gesekan. TATP bom, lanjutnya, mudah dibuat karena dapat diolah dengan bahan-bahan yang ditemui sehari-hari. "Dalam kejadian ini, bahan peledak yang dibuat pelaku hanya 10 gram. Walaupun jumlahnya sedikit, tapi dampaknya bisa besar," kata Tito.
Pelaku Leopard Wisnu Kumala sendiri ternyata sudah 4 kali meletakkan bom di Mal Alam Sutera. Setelah beraksi, dia memeras melalui email. Leopard mengaku bahwa dia meminta pembayaran dengan bitcoin. "100 Bitcoin," demikian katanya kala ditanya berapa yang dia minta ke pihak Mal Alam Sutera. 1 Bitcoin sekitar Rp3,2 juta. Berarti 100 bitcoin setara dengan Rp 320 juta.
Menurut Leopard, pihak mal tak membayarkan semuabitcoin yang diminta. Dia hanya diberibitcoin senilai Rp 700 ribu. "Alam Sutera cuma kasih 0,25 sekitar 700 ribuan. Saya cairin," ucap pelaku yang masih memiliki 5 bom aktif dan siap diledakkan.
Sementara itu Manager Operasional Mal Alam Sutera, Wawan di Tangerang, mengatakan, pascainsiden pertama bulan Juli, pihaknya sudah melakukan evaluasi dan mengikuti saran dari kepolisian di antaranya melakukan pengawasan dan pemeriksaan di setiap pintu masuk. Namun, ledakan kembali terjadi dengan lokasi bukan di dalam area pusat belanja tetapi kantin karyawan Mal Alam Sutera.
"Kalau untuk di dalam pusat belanja, kami akan periksa semua pengunjung agar kejadian pertama tak terulang. Tetapi, kini sasarannya di kantin yang berada di dekat lokasi parkir kendaraan," katanya.
Upaya lainnya adalah menambah petugas keamanan dari 105 orang menjadi 150 orang serta menambah kamera pengintai (CCTV) dari 67 titik menjadi 100 titik.
AKSI BOM LEOPARD
* 6 Juli 2015
Leopard tertangkap kamera menaruh bom di rak obat serangga semprot di supermarket Food Hall, Mal Alam Sutera. Namun bom ini tidak meledak. Bom sengaja disimpan di dekat obat serangga agar efek ledakan lebih dahsyat.
* 9 Juli 2015
Leopard menaruh bom di toilet lantai dasar Mal Alam Sutera. Bom tersebut meledak dan melukai satu orang.
* 10 Oktober 2015
Leopard mengaku menaruh bom di WC kantin Mal Alam Sutera tapi tak meledak.
* 28 Oktober 2015
Leopard mengaku menaruh bom di WC kantin Mal Alam Sutera. Kali ini bom meledak dan melukai satu orang.
sumber : NusaBali