JAKARTA - Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul
tidak menanggapi serius pernyataan beberapa
politikus dan pensiunan
militer yang tergabung dalam Dewan Penyelamat Negara (Depan) yang terus
mengkritik pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Alasannya,
mereka yang mengkritik adalah politikus gagal dan militer yang semasa
aktif tak punya prestasi menonjol.
Hal ini dikatakan Ruhut menanggapi pernyataan Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi, Permadi dan Effendi Choirie dalam
pertemuan Depan di Jakarta, kemarin. Saurip mengatakan Presiden Yudhoyono mempermalukan militer karena tidak tegas dan lamban, sementara Effendi meminta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla maju sebagai calon presiden, menggantikan Yudhoyono.
Adapun Permadi menginginkan Presiden Yudhoyono jatuh di tengah jalan entah melalui revolusi atau mengundurkan diri. Permadi menyebut Jusuf Kalla dan Prabowo sebagai figur yang layak menggantikan Yudhoyono.
“Enggak usah dianggap serius. Anggap saja pernyataan si bulan senja karena semua sudah senja, manusia-manusia yang sudah bau tanah,” kata Ruhut saat dihubungi di Jakarta, Rabu (30/3/2011) malam.
Menurut Ruhut semasa aktif di militer Saurip tidak pernah punya prestasi menonjol. Demikian juga dengan Permadi yang lama berkecimpung di PDI Perjuangan. “Permadi itu normal enggak, paranormal enggak, politik juga gagal,” katanya. Setali tiga uang dengan Effendi yang terakhir dipecat oleh Partai Kebangkitan Bangsa jadi anggota DPR.
“semua orang yang ngerasani Pak SBY levelnya jauh di bawah Pak SBY. Ibarat petinju, Pak SBY kelas berat mereka semua kelas bulu. Jadi apapun yang akan mereka lakukan, jangankan rakyat, kodok pun enggak percaya yang mereka katakan,” ujar Ruhut.
Dihubungi secara terpisah, Permadi tidak bisa menjelaskan apa yang dimaksud Depan dengan memililh Jusuf Kalla sebagai presiden menggantikan Yudhoyono. Saat ditanya mekanismenya seperti apa, pemilihan umum atau kudeta, Permadi menjawab, “SBY mungkin berhenti di tengah jalan jadi rakyat memilih.”
Ketika ditanya berhentinya mengapa, Permadi menjelaskan, “itu terserah MPR mau impeachment silakan, rakyat mau revolusi silakan, SBY mundur ya sialakan.”
Ruhut menilai pernyataan ini tidak jelas dan mengibaratkannya seperti kodok merindukan bulan. “Saya aja malu mengomentari,” demikian Ruhut.

Hal ini dikatakan Ruhut menanggapi pernyataan Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi, Permadi dan Effendi Choirie dalam
pertemuan Depan di Jakarta, kemarin. Saurip mengatakan Presiden Yudhoyono mempermalukan militer karena tidak tegas dan lamban, sementara Effendi meminta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla maju sebagai calon presiden, menggantikan Yudhoyono.
Adapun Permadi menginginkan Presiden Yudhoyono jatuh di tengah jalan entah melalui revolusi atau mengundurkan diri. Permadi menyebut Jusuf Kalla dan Prabowo sebagai figur yang layak menggantikan Yudhoyono.
“Enggak usah dianggap serius. Anggap saja pernyataan si bulan senja karena semua sudah senja, manusia-manusia yang sudah bau tanah,” kata Ruhut saat dihubungi di Jakarta, Rabu (30/3/2011) malam.
Menurut Ruhut semasa aktif di militer Saurip tidak pernah punya prestasi menonjol. Demikian juga dengan Permadi yang lama berkecimpung di PDI Perjuangan. “Permadi itu normal enggak, paranormal enggak, politik juga gagal,” katanya. Setali tiga uang dengan Effendi yang terakhir dipecat oleh Partai Kebangkitan Bangsa jadi anggota DPR.
“semua orang yang ngerasani Pak SBY levelnya jauh di bawah Pak SBY. Ibarat petinju, Pak SBY kelas berat mereka semua kelas bulu. Jadi apapun yang akan mereka lakukan, jangankan rakyat, kodok pun enggak percaya yang mereka katakan,” ujar Ruhut.
Dihubungi secara terpisah, Permadi tidak bisa menjelaskan apa yang dimaksud Depan dengan memililh Jusuf Kalla sebagai presiden menggantikan Yudhoyono. Saat ditanya mekanismenya seperti apa, pemilihan umum atau kudeta, Permadi menjawab, “SBY mungkin berhenti di tengah jalan jadi rakyat memilih.”
Ketika ditanya berhentinya mengapa, Permadi menjelaskan, “itu terserah MPR mau impeachment silakan, rakyat mau revolusi silakan, SBY mundur ya sialakan.”
Ruhut menilai pernyataan ini tidak jelas dan mengibaratkannya seperti kodok merindukan bulan. “Saya aja malu mengomentari,” demikian Ruhut.
sumber : okezone