Rumah yang dihuni oleh Ajijul, pasien terakhir yang dibantu proses melahirkan oleh Bidan Anik yang terletak di Dusun Betung, Desa Tembawan Bale, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat (26/11/2015) |
LANDAK - Suasana duka masih menyelimuti rekan kerja Anik Indah Setya, bidan yang meninggal dalam kondisi hamil delapan bulan, di Puskemas Simpang Tiga, Kecamatan Banyuke Hulu, Kabupaten Landak, Kamis (26/11/2015).
Anik, sapaan akrabnya, meninggal dunia seusai membantu proses melahirkan dua pasien.
Yohanet, rekan kerjanya di puskesmas, menuturkan, sebelum peristiwa tersebut, Anik sempat meminta izin untuk tidak masuk kerja pada Kamis (19/11/2015).
"Terakhir dia masuk pada Rabu (18/11/2015), dia minta izin untuk tidak masuk kerja pada hari Kamis besoknya. Katanya mau jaga anak di rumah karena suaminya sedang ada kegiatan," kata Yohanet.
Meski tidak masuk kerja pada Kamis, pada sore harinya, Anik memenuhi panggilan salah satu pasiennya yang tinggal di Dusun Betung, Desa Tembawang Bale, untuk membantu proses melahirkan.
Anik pun menyanggupi permintaan tersebut meski dalam kondisi tengah hamil.
Sempat dilarang sang suami karena kondisi sedang hamil tua, Anik tetap berangkat karena merasa terpanggil untuk menolong persalinan pasien tersebut.
Dengan diantar suami menggunakan mobil pribadi, Anik datang ke rumah pasien tersebut. Proses melahirkan berlangsung hingga sekitar pukul 19.00 WIB.
Tak berselang lama, datang lagi panggilan untuk membantu proses melahirkan di dusun yang sama.
Walau dalam kondisi yang saat itu sedang lelah seusai menolong persalinan pasien sebelumnya, bidan Anik pun kembali menyanggupi panggilan tersebut.
Sekitar pukul 20.00 WIB, Anik diantar suami dan anaknya menuju rumah pasien yang kedua.
Proses melahirkan berlangsung hingga pukul 00.30 WIB, Jumat (20/11/2015) dini hari.
Kemudian, Anik pulang ke rumah yang ditempati bersama suami dan anaknya di Kompleks Polsek Menyuke, tempat suaminya bertugas sebagai polisi.
Namun, sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, Anik merasakan sakit yang kuat di perutnya.
Tak lama kemudian, sang suami pun kemudian berinisiatif untuk membawa istrinya tersebut ke rumah sakit di Pontianak yang jarak tempuhnya sekitar empat jam perjalanan dari rumahnya.
Dalam perjalanan, karena merasakan sakit yang teramat kuat, di pertigaan jalan menuju Pontianak, sang suami kemudian berbelok arah menuju ke rumah sakit terdekat di Kota Ngabang yang berjarak sekitar 30 kilometer dari simpang tersebut.
Anik pun mendapat perawatan di RSUD Landak.
Berly, rekan lainnya, menceritakan, Jumat (20/11/2015) sekitar pukul 07.00 WIB, dia mendapat panggilan telepon dari Anik.
Dalam telepon tersebut, Anik menanyakan nomor surat rujukan yang dibawanya dan akan digunakannya.
"Surat rujukan itu memang sudah dibuatnya untuk persiapan, hanya saja nomornya belum diisi. Itu terakhir kali saya terima telepon dari dia," ujar Berly sembari menunjukkan foto kenangan dirinya bersama almarhum.
Dari hasil pemeriksaan, bayi dalam kandungan Anik dinyatakan sudah meninggal dunia.
Tim medis pun kemudian melakukan tindakan dengan melakukan operasi untuk mengeluarkan bayi tersebut.
Dalam penanganan, terjadi pendarahan hebat lantaran ada kelainan pada plasenta sehingga Anik membutuhkan darah untuk memulihkan kondisinya.
Namun, sayang, upaya terebut gagal hingga akhirnya Anik mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 17.50 WIB.
"Sekitar pukul 10.00 malam almarhum langsung dibawa menuju Pontianak. Saya juga ikut mengantar jenazah. Sedih rasanya. Hari Sabtu (21/11/2015) pagi, sekitar pukul 08.00, almarhum diterbangkan menuju Semarang untuk dimakamkan di sana," kata Berly.
sumber : tribun