Temuan Pendanaan Terorisme di Indonesia Sebesar Rp 7 Miliar - Indonesia
Headlines News :
Home » , , » Temuan Pendanaan Terorisme di Indonesia Sebesar Rp 7 Miliar

Temuan Pendanaan Terorisme di Indonesia Sebesar Rp 7 Miliar

Written By Dre@ming Post on Minggu, 29 November 2015 | 15.50

Petugas dari satuan Brigadir Mobil (Brimob) Polda Bali dan TNI AU bersama pecalang Desa Adat Tuban terlibat dalam operasi gabungan untuk mengantisipasi teroris di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (28/11/2015). Wisatawan asing terlihat kaget melihat tim gabungan ini.
Adik Kandung Amrozi Bongkar Jalur Logistik Terorisme, Wilayah Pesisir Jadi Favorit

BANGKA - Ali Fauzi, mantan teroris, yang juga adik kandung pelaku bom Bali, Amrozi dan Imam Samudera, menjadi pembicara dalam dialog pemuda menangkal radikalisme di Provinsi Bangka Belitung (Babel) yang digelar oleh FKPT Babel di Grand Vella Pangkalpinang, Sabtu (28/11/2015).

Di hadapan para pemuda ia bercerita, dulu badannya kurus karena tidak tenang, pergi ke sana ke mari dibuntuti, masuk ke Indonesia takut ditangkap.

“Beda dengan sekarang, saya gemuk karena sudah tenang, saya fokus sama keluarga dan aktif di masyarakat," ungkap Ali.

Diakuinya, saat bergabung dengan kelompok teroris, dari segi finansial sangat mapan.

"Tahun 2000, tabungan di rekening saya ada Rp 2 miliar, saya bebas gunakan untuk apa saja tanpa harus bikin laporan pertanggungjawaban. Kalau terima dolar serinya berurutan, tapi saya bersyukur kepada Allah, saya diberi petunjuk ke jalan yang benar," ungkap aktifis Google Ideas SAVE ini.

Wilayah pesisir ternyata menjadi sasaran empuk para teroris untuk bergerak melancarkan aksinya.

Di antaranya adalah Bangka Belitung.

Menurut Ali, Babel masuk dalam mapping mereka.

"Jalur pesisir dimanfaatkan untuk keluar masuk logistik. Babel, Tanjungpinang, Riau dan Batam tidak asing lagi bagi jaringan teroris, terutama kelompok Malaysia," beber Ali.

Diakuinya, kelengahan aparat dan kurangnya personil dimanfaatkan oleh jaringan ini.

"Mereka juga memanfaatkan lintasan TKI," ujar Ali.

Ketika kedua kakaknya, Amrozi dan Imam Samudera dieksekusi mati, Ali Fauzi mengaku sedih.

Namun, kata dia, keluarga memahami konsekuensi yang harus diterima tersebut.

"Sebagai saudara jelas sedih. Saya yang memandikan dan mengkafani kakak saya. Saya juga yang membersihkan luka tembakan peluru di tubuhnya," beber Ali.

Jadi, kata Ali, salah besar jika ada orang yang meragukan eksekusi mati terhadap Amrozi Cs.

Ali Fauzi berpesan agar mewaspadai gerakan radikalisme dalam berbagai wujud.

Ada Temuan Pendanaan Terorisme di Indonesia Sebesar Rp 7 Miliar Dari Australia

BANGKA - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan adanya aliran dana senilai Rp 7 miliar dari Australia untuk pendanaan terorisme di Indonesia.

Sebagai tindak lanjut, lembaga intelijen keuangan ini berkoordinasi dengan Densus 88.

"PPATK dalam hal ini juga bekerjasama dengan Densus 88 untuk membuka jaringan di Indonesia yang dapat ditengarai dari adanya hubungan transaksi keuangan antara satu dengan lainnya dan terlacaknya hubungan transaksi keuangan dengan pihak‑pihak yang diduga merupakan jaringan di luar negeri, di Australia," kata Wakil Kepala PPATK, Agus Santoso, Sabtu (28/11/2015).

"Ternyata berdasarkan hasil kajian bersama ini kita bisa membongkar jaringannya, di Australia seperti apa, di Indonesia seperti apa," kata Agus.

Koordinasi itu termasuk membawa data transaksi keuangan ke Densus 88.

Oleh Detasemen Khusus Antiteror itu, kata Agus, data akan diverifikasi lebih lanjut.

Densus 88 sudah mengantongi nama‑nama terduga teroris maupun peta kekuatannya.

Data dari PPATK bisa menambah database Densus.

"Tentu Densus 88 perlu melakukan verifikasi terhadap temuan ini dan bisa bekerja sama dengan otoritas di Australia. Dengan temuan ini jelas, negara‑negara tidak akan bekerja sendirian tetapi harus membangun kerja sama yang lebih intens," ujar Agus.

Agus menambahkan, PPATK menjadi salah satu pihak yang vokal dalam menyuarakan agar lembaga intelijen keuangan antarnegara melakukan koordinasi satu sama lain.

Dengan begitu, pelaku terorisme akan lebih mudah untuk diungkap.

"PPATK mendorong terjalinnya kerja sama regional negara‑negara yang berbatasan seperti Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand dan Australia. Inisiatif ini sudah disampaikan pada acara CFT Summit di Sidney pada 15‑16 November lalu," ujarnya.

"Antara lain dengan membangun pertukaran informasi secara spontak yang lebih aktif dan pelatihan analisis bersama dan membangun regional risk assesment bersama," Agus menambahkan.

Pengamat Intelijen, Ansyad Mbai, meminta aparat kepolisian tidak memandang sebelah mata ancaman dari mereka-mereka yang diduga sebagai teroris.

Termasuk jaringan Santoso yang beberapa waktu lalu mengancam melalui video di media sosial, akan membom Polda Metro Jaya.

Dia menilai, teroris yang sudah lama bersarang di Poso, itu berbahaya.

Sebab, kelompok yang dikendalikan pria itu terintegrasi dengan jaringan teroris lainnya, seperti The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Teroris (Poso, Red) ada kaitan seperti Suriah dan Irak. Mereka memiliki kekuatan yang sama. Teroris di sana berkaitan dengan teroris di Irak," tutur mantan kepala Badan Nasional Penagulangan Terorisme (BNPT) itu.

Atas berbagai ancaman yang terjadi di Indonesia, Mbai mengharapkan bangsa Indonesia yang meliputi penanganan terorisme bisa mengatasi permasalahan tersebut.

Secara khusus, dia meminta kepada pihak berwajib supaya mengawasi 145 warga negara Indon




sumber : tribun
Share this article :

Total Visitors


 
Support : Dre@ming Media | Dre@ming Post | I Wayan Arjawa, S.T.
Copyright © 2011. Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Excata Published by DLC
Proudly powered by Dre@ming Media