Sabtu, 5 November 2011 05:09
JAKARTA - Gara-gara dianggap berpakaian kurang sopan anggota Komisi IX DPR, Nova Riyanti Yusuf bersitegang dengan Plh Gubernur Bengkulu,Junaidi Hamzah. Sang Gubernur merasa tidak nyaman atas cara berpakaian Nova.
Namun, berdasarkan foto yang diterima Tribunnews, pakaian yang dipakai Politisi Partai Demokrat tersebut terlihat biasa saja. Dalam foto itu, Nova terlihat berpose dengan menggunakan tas berbulu,ia kala itu berada di negara Amerika Serikat memenuhi undangan Kementerian Luar Negeri AS tahun 2011 ini.
Di foto tersebut Nova memakai baju yang sama dengan yang dipakai Bengkulu, bentuknya seperti terusan
selutut dengan corak batik dengan warna hitam di bahu.
selutut dengan corak batik dengan warna hitam di bahu.
"Ini foto waktu diundang Kementerian Luar Negeri Amerika, sama seperti yang dipakai di Bengkulu, masa sopan begini dibilang kaos,"ujar Nova kepada Tribunnews, Jumat(4/11/2011).
Untuk diketahui, sebuah insiden kecil terjadi saat rombongan anggota Komisi IX DPR melakukan kunjungan kerja ke Bengkulu. Salah satu anggota Komisi IX DPR, Nova Riyanti Yusuf bersitegang dan adu mulut.
Plh Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamzah berdebat dengan Nova karena dianggap tidak mengikuti aturan di kantor Gubernur dengan memakai pakaian yang dianggap Junaidi kurang sopan.
Menurut Anggota Komisi IX DPR, Nur Suhud saat itu rombongan legislator yang membidangi kesehatan dan tenaga kerja ini mengkritik Pemda Bengkulu, dimana anggaran kesehatan mereka tidak sesuai Undang-undang kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 yang harus minimal 10 persen APBD.
"Nah APBD Rp 1,1 triliun untuk kesehatan hanya Rp 800 juta kita tanya dan kritik itu. Lalu soal penanganan kesehatan masyarakat pascabencana di Bengkulu,"ujar Nur Suhud kepada Tribunnews.com, Kamis (3/11/2011).
Tidak hanya itu kata Nur Suhud, Plh Gubernur Bengkulu juga disinggung mengenai kesiapan provinsi untuk menjalankan BPJS. "Ditanya kesiapan Bengkulu untuk BPJS, siap enggak,"jelasnya.
Akan tetapi lanjut Nur Suhud sikap aneh seolah menghindar dari pertanyaan anggota dewan dilakukan Junaidi. Bukannya menjawab kritikan, Junaidi justru mempersoalkan Nova Riyanti Yusuf yang saat itu berpakaian tidak sopan.
"Tiba-tiba Plh Gubernur Bengkulu ini menegur Nova, karena pakaiannya kurang sopan. Tapi menurut saya, pakaian Nova itu biasa saja, dia pakai blazer dalamannya terusan, lalu karena udara panas, blazernya dibuka, pokoknya biasa saja,"jelasnya.
Atas teguran itu Nova lantas kebingungan karena dirinya merasa tidak ada yang salah.
"Mbak Nova celingak celinguk waktu ditanya,lalu terjadi adu mulut, mbak Nova merasa tidak ada yang salah,"ujar Nur Suhud.
Buntut dari bersitegangnya Plh Gubernur Bengkulu dan anggota DPR tersebut, Komisi IX DPR berencana memanggil Junaidi dalam agenda rapat kerja. Pasalnya, Junaidi dianggap selalu menghindar saat ditanya dan tidak memberikan jawaban.
"Setelah insiden Nova,diskusi dan tanya jawab, tapi Plh Gubernur tidak menjawab, ia malah alasan ada agenda mendesak di luar. Karena sikap itu kita berencana akan memanggil Junaidi,"jelas Nur Suhud.
Sementara itu ketika dikonfirmasi Tribunnews, anggota Komisi IX DPR, Nova Riyanti Yusuf membenarkan adanya insiden ribut itu. Akan tetapi kata Nova ia tidak berpakaian seperti yang dituduhkan Plh Gubernur Bengkulu.
"Baju saya bukan kaos, baju saya adalah baju terusan dengan bahan bukan kaos. Panjang selutut dan dan berlengan,"tegas Nova.
Sekretaris Departemen Kesehatan DPP Partai Demokrat ini juga sangat kecewa, Plh Gubernur Bengkulu tersebut matanya jelalatan saat memandangi seorang wanita
"Dan menyedihkan sekali level Plh gubernur sempet-sempetnya jelalatan mandangin baju cewek,"jelasnya.
Menyusul insiden tersebut, Nova kemudian memilih pulang terlebih dahulu ke Jakarta dibandingkan berada di Bengkulu.
Untuk diketahui, Junaidi Hamzah merupakan Gubernur sementara waktu menggantikan Agusrin Maryono Najamudin yang saat ini sedang menghadapi proses persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Berbagai kritikan mulai bermuculan terhadap kepimimpinan Junaidi. Salah satunya, dia dinilai arogan dalam menjalankan pemerintahan.
Mantan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu tersebut dianggap bertangan besi karena memberlakukan beberapa aturan baru, salah satunya memaksa para PNS di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Bengkulu menggunakan atribut lengkap di kantor, seperti pangkat sesuai dengan golongan masing-masing.
Kebanyakan PNS menolak menggunakan pangkat tersebut, selain merasa direpotkan juga malu memperlihatkan pangkat mereka. Selain itu mengakibatkan adanya kesombongan dari PNS yang memiliki pangkat tinggi.
sumber : tribun