JAKARTA - Kasih sayang orangtua kepada anak memang indah, apapun akan dilakukan demi keceriaan sang anak.
Hal tersebut nyata ditunjukkan oleh Susanto (28) warga Kampung Kelapa Cagak, Desa Teluk Lada, Pandeglang, Banten.
Lantaran tidak memiliki uang untuk operasi Adrian (5) putranya yang menderita Hepatitis B, dirinya rela menjual diri.
Aksinya tersebut seperti yang terlihat di depan gerbang silang barat daya Monumen Nasional (Monas), persis di seberang Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (20/11/2015).
Usai berjalan kaki menempuh ratusan kilometer dari rumahnya menuju gerbang istana, Susanto pun kembali menuju gerbang penjagaan Istana Negara untuk meminta izin kepada Polisi Militer yang berjaga.
Walau terlihat memohon, seperti jawaban yang diterimanya sebelumnya, pihak keamanan Istana Negara tidak mempersilakan dirinya untuk masuk menemui kepala negara.
Dirinya pun kembali menyeberangi Jalan Medan Merdeka Utara dan berdiri sembari tetap membentangkan poster berwarna merah jambu yang berisi foto anaknya, dirinya meminta Presiden Joko Widodo membeli ginjalnya untuk biaya operasi anaknya yang mencapai Rp 1,2 miliar.
'Pak Jokowi Tolong Beli Ginjal Saya, Anak Saya Butuh Operasi 1,2 M', tulisnya dalam poster yang dibawanya. Dalam poster tersebut pun terpampang dua buah foto Adrian ketika masih sehat dan kondisi saat sakit.
Namun, walau sudah lebih dari delapan jam dirinya berdiri, belum ada sedikit pun jawaban dari balik gerbang istana.
Perhatian yang datang justru berasal dari sejumlah pengendara jalan yang melintas, untuk sejenak menyapa dirinya ataupun bertanya gerangan dirinya yang mematung di tengah teriknya matahari.
"Saya sudah habis cara, bingung mau cari uang untuk berobat anak saya. Saya datang ke sini untuk minta tolong sama pak Jokowi, tolong bantu saya-saya rela jual ginjal untuk bapak," ungkapnya memelas duduk di atas trotoar seberang Istana Negara.
Diceritakannya, aksinya tersebut memang tidak lain demi kesembuhan putra keduanya tersebut.
Adrian dikatakannya, telah didiagnosa menderita penyakit hepatitis B atau gangguan pada hati dan varises pada usus sejak beberapa waktu lalu.
Kondisi Adrian pun dikatakannya kini kian menurun, karena bukan hanya adanya kegagalan fungsi organ, Adrian pun kini mengalami gizi buruk.
Namun apa daya tangan tak mampu, dirinya yang telah berusaha meminta bantuan, mulai dari mendatangi Bupati Pandeglang hingga Istana Negara, belum juga mendapatkan hasil.
Padahal, setiap pekannya, setidaknya Adrian harus dibawanya pulang-pergi dari rumahnya menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk memeriksakan kesehatan.
"Udah didaftarin di BPJS Kesehatan bang, tapi BPJS katanya cuma sanggup bayar pengobatan anak saya Rp 250 juta, padahal kalau mau sembuh, anak saya harus dioperasi, biayanya Rp 1,2 miliar," ungkapnya tertunduk.
Karena besarnya biaya ditambah penghasilan dirinya yang hanya cukup untuk makan sehari-hari, dirinya pun memutuskan untuk menjual ginjalnya kepada siapa pun yang membutuhkan.
Asalkan sambungnya, anaknya bisa sehat kembali.
"Saya lakuin apa aja bang buat anak, saya rela jual ginjal saya, yang penting anak saya bisa sehat bang," tutupnya.
Seiring dengan terbenamnya matahari, aksinya tersebut pun disudahinya dengan membaca surat Al Fatihah.
Sebelum akhirnya diantarkan pulang dengan menggunakan mobil oleh salah satu media, dirinya pun memberikan nomor ponselnya - 087808614436 - berharap ada seseorang yang murah hati membeli ginjalnya.
sumber : tribun