"Kami menduga mereka menjadikan tempat ini ini sebagai lokasi penyimpanan bahan-bahan pembuat bom dan alat-alat peledak senjata api," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Minggu (9/9/2012) siang di lokasi kejadian.
Di lokasi kejadian, tim menyita sejumlah barang bukti seperti 3 granat, 5 buah batere 9 volt, 6 buah switching dalam rangkaian, ching dalam rangkaian (6 buah), manual kit, gambar pejera, laras, dan megazen, black powder, potasium 7 kilogram dan 1 unit detonator elektrik, kabel serabut dan tunggal, serta paralon ukuran
11/4 inci sebanyak 6 buah yang sudah terisi.
11/4 inci sebanyak 6 buah yang sudah terisi.
Selain itu, polisi juga menemukan dua senjata api laras pinggang dan 1 buah pistol baretta.
Menurut Boy, semua atribut persenjataan dan bahan peledak baru masuk ke rumah petak berkedok Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara itu pada Jumat (7/9/2012) malam, atau semalam sebelum ledakan terjadi.
"Itu sudah dalam pemantauan kita. Cuman barang (bom rakitan) ini baru masuk kurang dari 24 jam," ucap Boy.
Awalnya, lanjut Boy, kepolisian sudah mencurigai aktivitas pengobatan tradisional yang dilakukan kelompok teror di rumah petaknya. Namun, peristiwa tidak disangka terjadi yakni seorang peracik bom melakukan kelalaian sehingga komposisi bahan peledak tidak sesuai yang akhirnya menimbulkan ledakan.
"Itu hal biasa, banyak terjadi di daerah-daerah lainnya. Kami sudah dapat info kurang lebih 24 jam barang-barang itu masuk sampai terjadi peristiwa tadi malam," kata Boy.
Dengan aktivitas seperti itu, kepolisian memastikan bahwa mereka adalah kelompok teror. Namun, polisi masih belum mengetahui kaitan kelompok ini dengan kelompok teror lainnya.
"Yang jelas ini bagian dari rencana aksi teror. Jelas-jelas ini merupakan bagian rencana aksi teror. Apakah orang-orang ini terkait dengan rencana lainnya? Kami butuh waktu untuk menyelidiki. Dari data analisis intelijen lainnya, akan kami kaitkan," kata Boy.
SUMBER : KOMPAS