Minggu, 28/07/2013 09:09
Sebelum Tewas, Yulanda Pamit ke Magelang dan Bawa Uang Rp 100 Juta
Jakarta - Paman Yulanda Rifan, Fardan Nawawi Arif hanya
bisa pasrah saat mendapati keponakannya digiring masuk ke kamar mayat
RS Bhayangkara Semarang dalam kondisi terbungkus kantung jenasah.
Menurut cerita Fardan, saat keponakannya pergi, ia membawa uang tunai
lebih dari Rp 100 juta.
Yulanda Rifan ditemukan tewas dan
terkubur di ladang Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari,
Kabupaten Magelang oleh tim gabungan Polres Kabupaten Magelang dan Polda
Jawa Tengah tidak jauh dari rumah Muhyaro, tersangka kasus penipuan
yang nekat lompat dari tebing dan menyebabkan personil Polda Jateng, AKP
Yahya R Lihu gugur.
Saat pergi menuju Magelang awal Juli lalu,
anak Guru Besar Undip Profesor Barda Nawawi itu membawa uang cash lebih
dari Rp 100 juta. Fardan mengantakan alasan Yulanda ke Magelang untuk
menagih hutang ke seseorang bernama Novan.
"Sepengetahuan
keluarga, anak ini bawa cash diatas Rp 100 juta dan dia mau nagih
hutang. Kalau tidak salah dengan orang bernama Novan," kata Fardan saat
menunggu jenasah keponakannya di RS Bhayangkara Semarang, Sabtu
(27/7/2013).
Saat meninggalkan rumah, lanjut Fardan, pihak
keluarga tidak curiga. Namun saat telepon seluler korban yang merupakan
dosen Arsitek Undip Semarang itu tidak bisa dihubungi, keluarga mulai
khawatir dan melaporkannya ke Polisi.
"Seminggu kemudian saya
sempat SMS keponakan saya pura-pura mau mentrasfer uang. Ternyata ada
balasan tapi bukan bahasa keponakan saya. Tidak mungkin sim cardnya
diberikan orang lain, pasti ada perampasan," ujarnya.
Tidak lama
setelah dilaporkan hilang, polisi berhasil membekuk Muhyaro, tersangka
penipuan dengan modus penggandaan uang. Namun saat diminta menunjukkan
lokasi korban-korbannya yang hilang, Muhyaro nekat terjun ke jurang
sambil menarik AKP Yahya. Keduanya jatuh hingga akhirnya tewas.
Fardan
yang ditemani putrinya, Firda Novita itu meyakini kalau Muhyaro tidak
bekerja sendiri. Dilihat dari luka di tubuh korban, jeratan tali di
kaki, dan penguburannya, menurut Fardan hal itu tidak bisa dilakukan
seorang diri.
"Saya yakin kejahatan ini terorganisir, tidak mungkin satu orang," ujarnya.
Jenasah
Yulanda dan dua lainnya tiba di RS Bhayangkara Semarang pukul 21.00.
Rencananya akan dilakukan Outopsi besok pagi karena belum diketahui
identitas dua jenasah lainnya.
"Ini mungkin besok baru bisa mulai otopsi," kata salah satu petugas Inafis.
Cerita Pencarian Anak Guru Besar dan Terkuaknya Kedok Sang 'Jagal'
Magelang - Meski ditutup-tutupi serapat mungkin, aksi
kriminal acapkali tetap terendus. Seperti yang dilakukan Muhyaro (45),
pria yang berasal lereng Gunung Sumbing, tepatnya Dusun Petung, Desa
Ngemplak, Kecamatan Windusari, Magelang ini. Bukan hanya pelaku
penipuan, ia juga pembunuh 3 orang. Muhyaro juga menyebabkan gugurnya
perwira polisi Polda Jateng, AKP Yahya R Lihu.
Kedok Muhyaro
sebagai 'jagal' terungkap saat polisi mengusut kasus penipuan dan
hilangnya seorang anak guru besar Univesitas Diponegoro Semarang bernama
Yulanda Rifan. Dalam laporan disebutkan Rifan tak diketahui
keberadaannya setelah pergi ke alun-alun Magelang pada awal Juli 2013.
Muhyaro ditangkap karena terdeteksi sebagai orang yang berkomunikasi
terakhir dengan Rifan.
Polisi mengembangkan kasusnya. Muhyaro
mengaku membunuh Rifan dan menguburnya di dekat rumah. Kemudian, sekitar
pukul 02.00 WIB, Kamis (25/7), AKP Yahya R Lihu yang menjabat sebagai
Kanit Resmob Polda Jateng bersama anak buahnya menggelandang dan meminta
Muhyaro menunjukkan tempat ia mengubur korban.
Yahya memborgol
Muhyaro, lalu mengikatkan tangannya ke tangan Muhyaro agar tersangka
penipuan itu tidak kabur. Keduanya turun dari mobil dan saat berjalan
beriringan, Muhyaro melompat ke jurang. Yahya terseret dan ikut jatuh.
Beberapa
anak buah Yahya panik. Kondisi gelap. Tubuh Muhyaro dan Yahya ditelan
rimbunnya pepohonan di jurang sedalam 100 meter. Beberapa jam kemudian,
bantuan datang. Evakuasi berlangsung cukup lama. Baru pada pukul 11.30
WIB, Munyaroh dan Yahya ditemukan.
Saat dievakuasi, Muhyaro telah
tewas dan Yahya dalam kondisi kritis. Muhyaro dibawa ke RS Bhayangkara
untuk diautopsi dan Yahya dibawa ke rumah duka, Banyumanik Semarang,
untuk dimakamkan.
Meski tersangka sudah tewas, polisi tak
menghentikan penyelidikan. Mereka mengecek dan menggali rumah Muhyaro,
Jumat (26/7). Tak ditemukan apa-apa. Kemudian, polisi yang membawa
anjing pelacak beringsut ke kebun milik Muhyaro yang berjarak 1 km dari
rumah. Di tempat itulah, polisi menemukan 3 mayat, Sabtu (27/7).
Salah
satu mayat masih terlihat baru dikuburkan. Jasadnya masih utuh. Di
dekatnya, dua mayat lain yang sudah agak rusak ditemukan. Posisi dua
mayat ini berlawanan arah, menghadap barat dan timur. Ketiga mayat ini
dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk diautopsi.
"Tidak ada identitas dan kondisi mayat sudah tak bisa dikenali," kata Direskrimum Polda Jateng Kombes Purwadi Arianto.
Rencananya,
penyisiran akan dilakukan lagi hari ini, Minggu (28/7/2013). Tak
diketahui, ada tidaknya korban lain dari jagal dari lereng Gunung
Sumbing ini.
Ini Sosok Muhyaro, 'Jagal' dari Lereng Gunung Sumbing
Magelang - Muhyaro (45) bukan hanya tersangka penipuan,
tapi juga membunuh 3 korbannya. Pria ini juga menyebabkan gugurnya
perwira Polda Jateng AKP Yahya R Lihu. Seperti apakah sosok pelaku
penipuan sekaligus jagal ini?
Muhyaro, warga Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Magelang itu berwajah oval, berambut lurus dan disisir ke samping kanan. Kumisnya tipis dan sedikit memanjang hingga melebihi ukuran bibir.
Oleh warga setempat, Muhyaro bukan siapa-siapa. Sehari-hari ia bertani, menggarap kebun sayur loncangnya. Kebunnya, yang jauh dari permukiman warga itu, berjarak 1 km dari rumah.
"Ia petani," kata salah satu perangkat desa Hasim yang ikut mengevakuasi mayat Muhyaro dari jurang di lereng Gunung Sumbing, Kamis (25/7) lalu.
Bagi beberapa orang luar daerah, ternyata Muhyaro bukan hanya petani biasa. Ia dianggap sebagai dukun dengan 'spesialisasi' penggandaan uang. Belum jelas bagaimana cara kerjanya, tapi ia sudah berhasil mengelabui beberapa korban. Salah satu korbannya adalah anak guru besar Undip bernama Yulanda Rifan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, Muhyaro pernah berurusan dengan penegak hukum. Ia ditangkap dalam kasus pencurian. "Kejadiannya beberapa tahun lalu," ungkap seorang perwira kepolisian di Polres Magelang.
Meski demikian, aksi kriminal Muhyaro tak berhenti. Diam-diam ia berpraktik sebagai dukun pengganda uang.
Muhyaro tewas terjun ke jurang saat digelandang polisi, Kamis (25/7) lalu. Saat kejadian, AKP Yahya mengikat tangannya ke tangan Muhyaro dengan harapan tersangka tidak kabur. Namun nasib berkata lain. Ia ikut terseret ke jurang dan menghembuskan nafas terakhir saat dibawa ke rumah sakit.
Di kebun Muhyaro, polisi menemukan 3 mayat yang dikubur secara tidak beraturan, Sabtu (27/7). Salah satu mayat masih terlihat baru dikuburkan. Jasadnya masih utuh. Di dekatnya ditemukan 2 mayat lain yang sudah agak rusak. Ketiga mayat ini dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk diautopsi.
Belum diketahui bagaimana cara Muhyaro membunuh para korban. Juga apakah ia melakukannya sendirian atau dibantu orang lain. Polisi masih terus mendalami kasusnya. Minggu (28/7), penyisiran dilakukan lagi untuk memastikan ada tidaknya korban jagal dari lereng Gunung Sumbing ini.
Muhyaro, warga Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Magelang itu berwajah oval, berambut lurus dan disisir ke samping kanan. Kumisnya tipis dan sedikit memanjang hingga melebihi ukuran bibir.
Oleh warga setempat, Muhyaro bukan siapa-siapa. Sehari-hari ia bertani, menggarap kebun sayur loncangnya. Kebunnya, yang jauh dari permukiman warga itu, berjarak 1 km dari rumah.
"Ia petani," kata salah satu perangkat desa Hasim yang ikut mengevakuasi mayat Muhyaro dari jurang di lereng Gunung Sumbing, Kamis (25/7) lalu.
Bagi beberapa orang luar daerah, ternyata Muhyaro bukan hanya petani biasa. Ia dianggap sebagai dukun dengan 'spesialisasi' penggandaan uang. Belum jelas bagaimana cara kerjanya, tapi ia sudah berhasil mengelabui beberapa korban. Salah satu korbannya adalah anak guru besar Undip bernama Yulanda Rifan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, Muhyaro pernah berurusan dengan penegak hukum. Ia ditangkap dalam kasus pencurian. "Kejadiannya beberapa tahun lalu," ungkap seorang perwira kepolisian di Polres Magelang.
Meski demikian, aksi kriminal Muhyaro tak berhenti. Diam-diam ia berpraktik sebagai dukun pengganda uang.
Muhyaro tewas terjun ke jurang saat digelandang polisi, Kamis (25/7) lalu. Saat kejadian, AKP Yahya mengikat tangannya ke tangan Muhyaro dengan harapan tersangka tidak kabur. Namun nasib berkata lain. Ia ikut terseret ke jurang dan menghembuskan nafas terakhir saat dibawa ke rumah sakit.
Di kebun Muhyaro, polisi menemukan 3 mayat yang dikubur secara tidak beraturan, Sabtu (27/7). Salah satu mayat masih terlihat baru dikuburkan. Jasadnya masih utuh. Di dekatnya ditemukan 2 mayat lain yang sudah agak rusak. Ketiga mayat ini dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk diautopsi.
Belum diketahui bagaimana cara Muhyaro membunuh para korban. Juga apakah ia melakukannya sendirian atau dibantu orang lain. Polisi masih terus mendalami kasusnya. Minggu (28/7), penyisiran dilakukan lagi untuk memastikan ada tidaknya korban jagal dari lereng Gunung Sumbing ini.
sumber : detik